Padang gurun yang terasa sangat panas karena kondisi sedang musim panas dengan suhu yang sangat ekstrim, dua orang pengembara sedang melakukan penrjalanan panjangnya mengantarkan barang dagangan kesuatu daerah pemukiman yang sangat jauh. Perjalanan menuju pemukiman itu harul dilewati dengan susah payah menembus padang gurun yang tidak berpenghuni dan jarang ditemukan mata air sumber kehidupan.
Si Untung dan Si Alan nama dari kedua pengembara tersebut, sifat mereka berdua sangat bertolak belakang karena Si Untung memiliki sifat sabar dan selalu bertawakal kepada Allah sementara si alan memiliki sifat emosional,keras kepala dan tidaksabaran.
Unta yang mereka bawa masing-masing dipenuhi dengan perbekalan yang mencukupi segala kebutuhan dalam perjalanan mereka menempuh padang gurun yang tandus. Tiba ditengah perjalanan mereka berdua sangat kelelahan namun tidak ada tempat untuk beristirahat sehingga keduanya harus terus menyusuri gurun tersebut dengan langkah yang kini mulai gontai.
Satu-persatu dari mereka tidak sanggup lagi mengontrol pergerakan dari unta yang mereka tunggangi sehingga terlepas genggaman tali unta yang mereka pegang sehingga unta mereka tersebut masing-masing memilih jalan sendiri meninggalkan mereka berdua.
Saat kedua pengembara ini tersadar bahwa unta-unta mereka tidak ada lagi, mereka kebingungan karena disanalah penghidupan mereka saat ini,seluruh perbekalan untuk bertahan hidup terletak di punggung unta-unta tersebut. Si alan yang memiliki perangai yang buruk selalu merasa bahwa hidup ini tak adil saat susah seperti ini seolah Allah tidak berada dipihaknya untuk memberikan pertolongan dengan segala kemampuan yang ada dia meninggalkan Si Untung untuk berlari mencari untanya.
Sementara Si Untung yang memiliki perangai yang baik selalu mencari hikmah dari setiap kejadian yang dialaminya. Dia selalu berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam setiap menjalani cobaan. Dan ditengah perjalanan yang sangat memberatkan tanpa perbekalan ia menemukan pohon tempatnya untuk berteduh, berbaringlah ia dibawah pohon tersebut menghayalkan bagaimana nasib orang-orang yang ia sayangi hingga berkaca-kaca matanya, ia membayangkan seolah inilah akhir hidupnya berada ditengah gurun yang tidak ada penghuninya.
Dengan hanya sedikit kemampuannya ia terus bersabar dan berdoa meminta pertolonga Allah, penglihatan yang sudah tidak tajam lagi terlalu lemah menahan rasa haus, ia melihat dari kejauhan sosok yang kini mendekan kearah pohon tersebut, ternyata sosok itu adalah seekor unta tunggangannya yang hilang kini telah kembali, unta itu kembali karena memang itulah rezeki dari Allah. Tanpa ia sadari pohon itulah yang dituju oleh unta tersebut untuk beristirahat dari teriknya sengatan matahari.
Sementara Si Alan yang terus berlari dengan harapan dapat mengejar untanya yang lari kini tergeletak ditengah gurun dengan segala kekesalannya kepada Allah.
kesabaran dan menyandarkan diri senantiasa hanya pada ALLAH kan berbuah menjadi rezeki yang luarbiasa...kisah yg sangat inspiratif...salam :-)
ReplyDeletesalam juga :) mari betawakal kepada janji Allah
Delete